Sunday, September 18, 2011
Jendral 7
Saturday, September 17, 2011
Kapan Skripsi?
"Kapan skripsi?” itu yang berkali-kali ditanyain orang buat gue. tega yah? udah tau masih lama, masih aja ditanyain terus :p. Gue juga nggak tau kenapa ya gue belom lulus? masih ada mata kuliah yang harus gue jalani, bahkan masih ada dua job training yang harus gue lakukan enam bulan lagi. Rasanya gue sudah jadi anak manis yang duduk di dalam kelas, mengerjakan tugas, dan alhamdulillah cuma sedikit yang perlu diulang. Tapi kenapa gue belum ambil skripsi???
Ade gue si Ebot bahkan melakukan tindakan paling kejam. Dia nggak nanya kapan gue lulus. Tapi dengan indahnya dia buka lemari pakaian dan mengeluarkan kebaya dari sana dan bilang “Ma, kalo nanti kakak wisuda, ebot pake ini ya?” Damn, ini lebih menyakitkan dari sekedar pertanyaan “Kapan lulus?” hahahahaha.
awalnya pertanyaan seperti itu nggak lantas membuat gue jadi galau, risau, gundah, ataupun gulana. Tapi beberapa minggu terakhir ini, pertanyaan kapan skripsi ini justru datang dari dalam diri gue sendiri. “Kapan gue akan skripsi?”
Semua itu berawal dari cerita teman-teman yang sudah memasukkan skripsi ke dalam KRS mereka. Oke, ini menyakitkan, mengingat kita semua lulus SMA bareng, tes bareng, kuliah bareng (walaupun di jurusan, fakultas, bahkan universitas yang berbeda), terus kenapa mereka udah masu skripsi aja??
Gue kirim bbm Onya, dia bilang lagi sibuk nyusun. Terus Anin, tiba-tiba pajang foto KRS-nya dan bertengger lah tulisan “Skripsi- 6 Sks.” Dan sepertinya, skripsi menjadi hal utama dalam otak barbaers lainnya.
Oke teman-teman, ini menyedihkan :(. hahaha oke ini berlebihan. Gue nggak sedih lah, justru gue bangga teman-teman yang dulu ngebarbar bareng sekarang sudah menginjakkan kakinya di langkah terakhir sebelum ada gelar di belakang nama mereka.
Tapi gue jadi sibuk sendiri mikirin, sebenarnya kapan gue lulus????? Bingung jawabnya deh. Anggap aja deh semua pertanyaan itu doa dari orang-orang dan dukungan dari mereka biar gue cepet lulus. aamiin. :P
Lalu matakuliah kapita selekta dan seminar lantas membuat gue sadar kalau ilmu gue belum cukup untuk jadi seorang sarjana ilmu komunikasi. Pas Dosen nanya soal teori-teori dan model-model komunikasi (yang katanya sudah dipelajari di semester 1) aja gue nggak bisa jawab, cuma diam dan mencoba mengingat, apa iya gue pernah belajar itu enam semester lalu? hahahaha. Jadi, intinya gue belum pantas untuk lulus, toh yang simpel aja gue belum tau.
Biarin deh semua orang lulus tepat waktu, tapi gue akan lulus pada waktu yang tepat. :)
Tuesday, September 13, 2011
Friday, September 9, 2011
jendral 6
Semester tujuh ya?
Desti Pratiwi
210110080044
Jurnalistik 2008
Oke itu adalah nama dan npm gue di jurusan jurnalistik. nggak kerasa sudah masuk semester tujuh di sini, wow! tua ya? :p rasanya baru kemarin pakai kebaya dan sibuk cari-cari gaun buat ikutan prom sekolah. Dan rasanya baru kemarin ngebar-bar bareng barbaers.
ah biarlah, sudah masa-nya. tapi jangan aja ada maba manggil gue teteh. nggak atu kenapa gue lebih suka dipanggil kakak dibanding mbak, teteh, atau apapun.
oke, sudah semester tujuh, apa yang sudah gue lakukan selama ini?
demi apapun jadi anchor itu susah banget, lebih susah daripada nyari salju di padang pasir. :D
nggak kerasa sekarang sudah semester tujuh, perasaan yang berubah cuma muka dan berat badan aja deh, tapi kelakuan gue masih sama-sama aja -_-. Kapan ya bisa dewasa? :D
semoga di semester ini gue bisa lebih dewasa dan lebih bisa mengaplikasikan apa yang sudah gue pelajari selama ini.. aamiin. :D
dan yang pasti cepet lulus :D
Thursday, September 8, 2011
Tuesday, September 6, 2011
bukan karma, tapi balasan.
Kayaknya, dalam agama gue memang nggak pernah mengenal kata karma. Tapi ada satu ayat yang sebenarnya juga sama seperti karma, hanya bahasanya yang berbeda, balasan.
Surat 99 Al-zalzalah: 7-8
“Barang siapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya dia akan melihat (balasan)nya. Dan barang siapa yang mengerjakan kejahatan seberat dzarrahpun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya pula.”
Gue adalah orang yang percaya bahwa setiap tindakan pasti akan ada balasan. Contohnya, saat dulu gue sering iseng sama kakak, maka sekarang gue sering diisengin ade gue. Atau saat dulu gue sering nangisin anak orang, sekarang gue sering nangis karna anak orang.Saat gue berbuat baik ke orang juga, akan ada balasannya. Bukan dari orang gue tolongin, tapi bisa dari orang lain.
Oke, intinya apa yang kita lakukan sekarang adalah apa yang akan gue dapatkan suatu hari nanti. Gue percaya karma. Semoga aja gue nggak melakukan hal-hal yang bisa bikin gue mendapatkan balasan yang negatif akibat perbuatan gue. Dan semoga siapapun itu orang di luar sana yang juga percaya karma bisa sadar bahwa sebagai manusia, kita nggak boleh saling menyakiti orang lain.
Gue yakin, agama atau kepercayaan manapun, nggak akan pernah mengajarkan kita untuk menyakiti orang lain. itu pasti.
Monday, September 5, 2011
— | Kunang-kunang dalam Bir - Djenar Maesa Ayu dan Agus Noor |
Galau sama Gaul beda tipis kok!
Beberapa kali “dituduh” sebagai orang galau (oke, nggak dituduh juga sih, emang fakta. 2010 dan 2011 adalah puncak kegalauan umat manusia.) membuat gw berpikir ulang. Galau bisa jadi sebuah keadaan di mana lo bisa jadi orang paling gaul di seluruh dunia.
Kenapa?
Coba bayangin, saat lo galau, lo akan menemukan sejuta pemikiran-pemikiran yang biasanya nggak terpikir sama orang yang lagi nggak galau. Misalnya aja lo akan berpikir “Berapa banyak pohon yang ditebang untuk membuat sehelai tisu yang pada akhirnya akan mengusap air mata lo?” Kalo lo orang yang cinta lingkungan maka akan timbul pemikiran “Konversi tisu ke anduk kecil.”
Saat lagi galau, lo juga bisa menjalin hubungan yang amat sangat erat dengan Tuhan. Coba itung berapa kali nyebut “Ya Allah” dalam setiap tangisan lo pas lo kangen mantan? Atau lo akan tiba-tiba rajin sholat untuk buru-buru “ngobrol dan curhat” sama Tuhan. Lalu apa yang terjadi? Tuhan nggak akan ninggalin lo, Dia selalu ada di dalam hati. Lo adalah orang terhebat karena punya hubungan paling istimewa dengan pencipta alam semesta ini (gaul nggak tuh?)
Saat lo galau, lo males makan, dan berat badan lo turun drastic, maka mungkin lo akan merasakan juga “Begini rasanya jadi warga Somalia yang hidup dalam kelaparan.” Bisa jadi lo berpikir untuk jadi relawan di sana (mulia ciyyn!) Terus lo diliput media massa. “Perempuan relawan asal Indonesia” akan jadi gelar lo. Lebih gaul dari sekedar gelar S.Ikom. hehehe
Saking seringnya galau, gw bisa memberikan sedikit tips kegiatan yang bisa dilakukan saat galau. Yang pertama adalah membaca asmaul husna sebanyak yang lo bisa (buat yang muslim, yang nggak, ya bisa baca kitab suci masing-masing).
Kedua, lo bisa ngebantu pekerjaan mama. Misalnya nyapu, ngepel, nyuci, nyiram bunga, atau bahasa kerennya ngebabu deh. Gw sering melakukan ini. Galaunya jadi sedikit berkurang. Selain itu juag bisa bikin mama senang.
Ketiga, jalan-jalan. Jalan aja ke mana hati lo mau. Kalo perlu jalan ke sawah, maka jalanlah. Hahaha. Atau kalau nggak mau ke sawah, jalan aja ke mall, ngeceng abang-abang ganteng. XP
Keempat, rajin-rajinlah menulis. Nulis apa? Apa aja. Mulai dari puisi, cerpen, atau surat buat mantan lo juga bisa. Kalau nggak berani dikirim atau dibaca sama orang lain, sobek aja abis lo tulis atau print. Hati lo puas tapi tidak menyulut api permusuhan. Hohoho
Kelima, marathon dvd. Terserah dvd apa aja, mau komedi, drama, atau xxx juga boleh dah, yang penting lo nggak galau. :p tapi ada baiknya nonton dvd yang bermanfaat.
Keenam, ceritain semua apa yang lo rasain sama seseorang yang bisa mendengarkan. Jangan disimpen sendiri galaunya. Orang galau itu nggak pernah mau saran, Cuma mau didengerin kan? Jadi ceritain aja semuanya. Kalo lo niat, rekam aja semua curhatan lo. Pas nanti udah nggak galau, bisa dijadiin bahan lawakan. :D
Ketujuh, tawakal. Kalo semua udah diusahain. Tinggal pasrah dah. Gw percaya, Tuhan nggak pernah lupa udah ciptain kita di dunia ini. Jadi pasti ada ending dari semua yang udah kita laluin. Sabar aja, galau itu penyakit menahun. Hehehe.
Semoga bisa bermanfaat. Intinya, jangan pernah malu dan takut jadi galau karena emang beda tipis kok sama gaul :D
Cicak dalam gelas
Tiga makhluk hidup yang teramat sangat gue benci di dunia ini adalah semut, kecoa, dan cicak. Kadang gue pengen bertanya sama Tuhan, kenapa ketiga mahkluk itu diciptakan? Tapi rasanya gue akan jadi manusia paling tidak bersyukur dan tidak percaya akan rencana Tuhan.
Gue takut sama semut karena kalau semut udah berkumpul dan membentuk sebuah koloni, itu bentuknya amat sangat menjijikan dan menyeramkan. Iyyuuuhhh. Terus kecoak dan cicak karena kedua hewan unyu ini akan lari kea rah kita saat diusir.
Saking takutnya gue sama cicak, pas gue lagi galau tingkat dewa, Tia pernah memberikan ungkapan yang sebenernya konyol tapi ada benarnya juga. “Des, kalo ada dua jalan ke Jatinangor, yang satu deket tapi ada cicak segede lo dan yang satu lagi harus muter ke Kalimantan tapi aman, lo akan pilih yang mana?” Rasanya Tia pengen gue cincang-cincang karena ungkapan ini bikin gue nggak bisa tidur mikir ada cicak dan itu segede gue! Jawaban gue tentu saja bakalan rela muter-muter sampe Kalimantan demi nggak ketemu cicak itu.
Tia bilang, intinya sebesar dan sesulit apapun masalah gue, pasti selalu ada cara untuk menyelesaikannya. Tinggal terserah pilihan gue, mau milih yang singkat tapi caranya susah atau yang prosesnya lebih lama tapi jalaninnya lebih nyaman.
Balik lagi ke cicak, mungkin Tuhan nggak suka kalau gue sampai terlalu benci sama makluk ciptaan-Nya. Makanya Tuhan memberikan suatu tragedy besar ke gue. Mama dan papa lagi plesir ke Komering (Sumatera Selatan) untuk bisnis dan jenguk nenek. Lalu gue diberikan mandate sama mama untuk berperan sebagai “ibu rumah tangga” selama mama pergi. Gue merasa semua tugas gue lancar sampai suatu hari, gelas kesayangan papa kemasukan cicak di meja makan.
Bencana, ini benar-benar bencana besar. Siapa yang akan mengeluarkan si makhluk menjijikan itu dari dalam gelas. Rasanya sih udah pengen gue buang aja tuh gelas. Tapi nanti gimana perasaan papa saat tahu kalau gelas kesayangannya raib di telan bumi. Kakak dan adik gue pun nggak bisa diharapkan.
Saking nggak sanggupnya melihat kejadian itu, gue biarin aja tuh cicak selama seharian di dalam gelas, berharap kalau dia cukup cerdas untuk buru-buru keluar dari gelas itu. Tapi dasar cicak, udah nyeremin dodol pula!! Dia diem aja macam batu di dalam gelas. Seharian penuh didiemin nggak ada yang mau nyuci juga. AH!!!
Bener-bener rasanya mau gue buang itu gelas. Tapi mikir sekali lagi, pasti nanti papa akan sedih, atau niatnya gue diemin aja sampe mama pulang dan biarlah mama (yang lebih tangguh dari super hero manapun) yang mengeluarkan cicak itu dari sana. Tapi mama adalah tipe orang yang Cuma takut sama Tuhan, orangtua, dan suami. Jadi pasti mama akan mencuci gelas itu seolah gelas itu nggak menjijikan, dan gue nggak tega membiarkan papa minum dari gelas yang bekas ada cicaknya.
Maka mulailah gue mengumpulkan keberanian, tarik napas panjang. Gue bawa gelas itu ke kran air. Isi gelas itu sampai airnya dan tentu saja cicaknya keluar dari sana (berenang-berenang deh cicaknya, dan itu amat sangat menyeramkan). Lalu setelah makhluk itu pergi entah ke mana, gue cuci gelasnya pakai sabun beberapa kali. Lalu gue inget, kalo di rumah sakit suka ada sterilisasi alat dengan merebusnya atau menyiramnya dengan air panas. Oke, buru-buru ambil air panas, siram, cuci lagi, bilas lagi, cuci lagi, dan bilas lagi. Berkali-kali sampai gue yakin nggak ada sisa-sisa kejahatan dari si makhluk menjijikan itu.
Terulang lagi kata-kata yang pernah Tia bilang ke gue. Sebesar apapun masalah yang gue hadapi pasti ada cara untuk menyelesaikannya. Dan sebesar apapun cicak yang ada di dalam gelas papa, pasti selalu ada cara untuk mengeluarkannya dan mensterilkan gelasnya. :D