Friday, November 15, 2013

Dreamer


Be a dreamer.
mungkin dari kecil, gue sudah terbiasa jadi "dreamer".
nggak jarang gue denger kalimat "Masih kecil mikirnya jauh banget"

Yes!
Gue sadar terkadang pemikiran gue terlalu maju ke depan.
Dari TK gue sudah sedang dengan pernikaha. cita-cita gue dari dulu adalah nikah dan punya rumah sendiri.
Siapapun yang denger pasti reaksinya kaget.
anak umur segitu sudah mikir yang nggak-nggak.

Dari TK gue sudah senang main dengan baju-baju mama.
Baju, sepatu, tas, make up keluar semua dari kamar mama.
Nggak jarang kena marah karena sepatu atau sendal mama patah di bagian telapak kaki.
Soalnya kaki gue cuman sampe di setengahnya.

Dari TK gue sudah senang main "belanja ke mall" bareng iyak (my older sist)
Kursi dilipet dan dijadiin troli. belanja ini dan itu.
Bahkan kita sempat buat shampoo dari kertas yang digunting-gunting.

Dari TK gue sudah main "treadmill"
Jangan bayangin ada alat itu di rumah.
Jaman dulu, keluarga gue adalah keluarga yang cukup sederhana.
Alatnya cuma tanah di halaman rumah yang disiram air dan jadi licin.
Pegangan di pohon pisang.
Banyak pohon pisang papa yang akhirnya jadi mati gara-gara dimainin.

See?
Pemikiran gue memang teramat sangat aneh.
Waktu SMA bahkan gue sudah pernah merancang denah rumah beserta isntalasi listriknya bareng pacar.
Bahkan nama anak pun sudah ada.

Ha!
I am a dreamer.
Motivasi hidup gue nggak pernah setinggi orang-orang yang punya karir sukses atau kuliah tinggi di luar negeri.
Cita-cita gue sederhana, punya keluarga, bisa belanja pakai uang sendiri, bisa bahagiain orang tua, mau beli apa aja uangnya cukup dan pastinya bahagia selalu dunia dan akhirat.
Sudah.

Selain seorang dreamer, gue pun pecinta fairy tail .
My fav is Rapunzel.
Nggak tau kenapa tapi sukaaaa banget sama tokoh princess yang satu ini.
Dan yang paling jadi favorit yang pastinya: Happy ending with happily ever after-nya!

But!
I am in the end of my 22!
Beberapa tahun belakangan akhirnya ada hal yang bikin gue sadar.
Nggak gampang untuk mewujudkan smua impian-impian anak-anak gue.
Walaupun kelihatannya gampang, tapi berat banget.

Mulai dari pasangan (ya keleus! restu dulu deh! hahaha)
Belanja pakai uang sendiri (hello! here i am. pergi pagi pulang malam untuk kerja. Walaupun alhamdulillah sudah bisa beli beli pakai uang sendiri)
Bahagiain orang tua (hm! apalagi ini. bener-bener deh masih jauh banget)

Akhirnya gue sadar, fairy tail dan mimpi itu semua harus gue tinggalin.
Nggak ada lagi deh percaya happy ending, happily ever after.
Mungkin jatohnya ini pesimistis. Tapi melihat kondisi yang ada sekarang, bukan happily but reality.

Mungkin desti yang "a dreamer" harus berhenti di umur 22 tahun.
Ke depannya sudah harus lebih dewasa dan bukan hanya percaya sama magic.
lebih realistis.

Haha.
Kok jadinya kayak sedih ya?
Padahal ini maunya seneng loh karena berubah jadi dewasa.

Haaa..
Sudahlah.
Mari kerja lagi :D :D
hehe.



No comments: