Sudah beberapa kali menaikkan tulisan soal main-main atau tips.
Seolah tidak ada apa-apa.
Tapi orang-orang terdekat gue pasti tau (dih pede abis) kalau gue rajin upload tulisan, itu artinya desti pratiwi sedang dalam kondisi yang nggak enak hatinya dan menulis akan dijadikan sebagai stress healing.
Nggak tau keberanian dan kekuatan dari mana akhirnya gue memutuskan untuk menulis soal ini.
Tapi gue rasa ini semua karena kondisi hati gue sudah mulai membaik.
Patokan kondisi baik menurut gue adalah saat gue sudah bisa pamer ke banyak orang, sudah bisa cerita dengan ceria ke orang, nggak hanya disimpan dalam hati.
Tulisan ini berawal dari postingan facebook yang menceritakan kekecewaan seorang perempuan yang menjalin hubungan selama 8 tahun sama pacarnya dan kemudian ditinggal menikah. Dari tulisan itu si perempuan tampak tegar menceritakan bagaimana kisah mereka sampai akhirnya si cowok memutuskan untuk menikah dengan orang lain dan menghilang secara tiba-tiba tanpa pamit.
Gue jadi kepikiran aja, oh ternyata kisah cinta orang unik-unik ya?
Rasa sakitnya beda-beda ya.
Menarik ya.
Ini nggak bisa dibilang mirip sih sama kisah yang gue jalankan.
Tapi ya boleh juga cerita kali aja bisa nyemangatin orang lain di luar sana.
Dan bilang ke mereka kalau patah hati nggak boleh menyerah begitu aja.
Oke mari kita mulai.
We broke up.
Iya, sudah tidak ada lagi kami atau kita.
Sebelas tahun menjalani hari-hari bersama dan akhirnya kami menyerah.
Kami. Kenapa kami? Karena gue dan dia memutuskan untuk menghentikan perjuangan kami untuk menikah.
Oke, gue sudah sering dengar berbagai komentar dari hubungan kami dulu.
Mulai dari bercanda seperti:
"pacaran apa nyicil rumah 11 tahun?"
"pacaran apa wajib belajar sampai 11 tahun?"
"kalo nyicil motor, udah lunas kali"
Sampai yang julid kayak:
"yakin lo lebih milih cowok lo dibandingkan keluarga lo?"
"lo punya otak nggak sih?"
"lo gila ya pacaran sama orang yang nggak direstuin sama mama papa lo?"
Oke. Gila pasti.
Sebelas tahun gue pacaran diem-diem dari orang tua.
Bahkan gue jarang banget pasang foto berdua pacar saking takutnya dimarahin sama papa atau mama.
Sebelas tahun gue seperti durhaka tetap pacaran sama laki-laki yang sudah disuruh pulang sama papa pas jenguk gue sakit waktu itu.
Tapi pernah nggak sih terpikir sama orang-orang di luar sana,
Yang namanya sayang, cinta dan kasih nggak bisa pilih-pilih.
Emangnya bisa gitu gue milih jatuh cinta sama Adrie Bakrie yang sudah mapan dan hartanya nggak habis dimakan tujuh turunan?
Bisa sih jatuh cinta sama dia. Masalahnya kan dia nggak mungkin cinta sama gue. hahaha.
Oke, tulisan ini mulai melebar.
Tapi intinya adalah, kenapa sih kita nggak boleh jatuh cinta sama orang tertentu sampai akhirnya harus disuruh pisah padahal hubungan baik-baik aja?
Dulu, itu yang gue rasakan.
Gimana marahnya gue mendengar omelan dari keluarga atau teman.
Kayak sesak di dada aja gitu kalau orang yang gue sayang harus dijelek-jelekin sama mereka.
Oke, alasannya adalah mereka sayang?
Tidak bisa kah sayang mereka ditunjukkan dengan melihat gue bahagia?
Tapi kemudian gue tetap menjalaninya.
Bersyukur R (sebut saja dia R) adalah orang yang sabar, dewasa dan bijak.
Jadi saat menjalani ini bareng gue, dia menerima.
Ada lah rasa marah, tapi nggak lantas membuat gue dan dia pisah.
Walaupun R mendapatkan perlakuan tidak mengenakkan dari pihak gue,
Nggak pernah sekalipun pihak teman dan keluarganya membalas gue.
Gue justru mendapatkan perlakuan luar biasa istimewa dari keluarganya.
Baik banget demi Allah.
Dan karena perlakukan baik mereka lah akhirnya gue memutuskan untuk menjadi sosok yang baik di keluarga. Nggak melawan perintah mereka.
Jadi anak baik yang nggak pulang malam, sekolah lancar dan Alhamdulillah kerjaan lancar.
Dengan harapan suatu saat mereka akan terbuka hatinya.
Tapi ternyata orangtua gue benar-benar mau sosok menantu yang mapan dan sarjana.
Setelah 11 tahun dihantui masalah R harus lulus kuliah,
Beberapa bulan kemarin kami memutuskan untuk pisah.
Menyerah? Iya.
Dari pihak R mungkin dia sudah terlalu lelah mengikuti tuntutan yang gue ajukan.
Dari pihak gue, gue sudah terlalu lelah melihat R menderita dan tidak bahagia.
Jadilah kami putuskan untuk putus.
Sebelas tahun men!
Bener kata orang, kalo nyicil motor mah udah lunas.
Tapi apa arti sebelas tahun kalau orang lain nggak bahagia menjalani hubungan sama kita?
Kalau dikumpulin biaya beli pulsa dan pacaran gue bisa kali beli mobil sport pintu dua. Hahaha.
Nah setelah udahan hubungan gue dan R,
Akhirnya gue sibukkan diri dengan jalan-jalan.
Kalo kata Nova, "Lo pura-pura bahagia aja dulu. Sampai nanti akhirnya lo akan lupa kalau lo lagi pura-pura dan lo beneran bahagia"
Sekarang sudah bahagia?
Sudah. Gue bahagia karena tau dia dan keluarganya dalam kondisi bahagia.
Dan gue bahagia menyaksikan keluarga gue bahagia.
Walaupun sakit dan berat gue jalanin di awalnya.
Tapi gue punya teman dan sahabat yang luar biasa yang bisa bikin patah hati gue ini berfaedah.
Nah setelah putus juga mulai banyak orang yang nanya
"kapan nih cari gantinya?"
"eh itu yang difoto gantinya si mantan ya?"
"buruan deh cari pengganti"
Men, kalau kalian pikir R bisa digantikan, kalian salah besar.
Apa yang gue jalani bersama R tidak akan bisa digantikan.
Tidak ada yang bisa jadi pengganti orang yang 11 tahun sudah menemani gue dari sekedar kepeleset di gang sempit, ketemu badut, sampai nemenin galaunya ngerjain skripsi. Tidak akan ada.
Berarti nggak move on dong Des?
Justru gue move on karena gue tidak mencari pengganti.
Gue mencari orang lain untuk menjalani kisah yang baru.
Dengan perlakuan yang berbeda.
Dengan kisah cinta dan sayang yang berbeda.
Sama aja?
Ya nggak lah.
R akan tetap jadi first love gue. Nggak akan terganti.
R adalah first kiss gue (astaghfirullah). Nggak akan terganti.
R adalah orang pertama yang anter gue ke rumah. Nggak akan terganti.
R adalah laki-laki pertama yang gue bawa kenalan sama keluarga besar gue. Nggak akan terganti.
So, gue nggak cari pengganti.
Gue akan mencari orang yang baru untuk memulai kisah yang baru juga.
Gue bersyukur teman dan sahabat gue adalah orang yang pengertian.
Jadi palingan soal mencari pengganti ini hanya gue dengar saat ada kumpul keluarga, atau acara-acara besar. Jadi nggak keseringan baper lah. hahaha.
Jadi lebih bijak lah saat bertanya kepada orang-orang yang baru putus macam gue.
Soalnya bohong banget kalau nggak baper.
Tapi ya bapernya kan beda-beda.
Ada yang marah-marah, ada yang kepikiran sampai sakit, ada yang nangis.
Gue selalu berdoa sama Allah sebenarnya supaya nggak ada lagi orang yang akan mengalami kisah cinta macam gue.
Tapi ya itu tadi, ternyata semua kisah cinta punya uniknya sendiri, punya sakitnya sendiri.
Dan gue selalu berharap orang-orang yang memutuskan untuk putus, semoga bisa dengan bijak dan baik-baik.
Nggak tiba-tiba hilang begitu aja.
Saat kita memutuskan untuk pacaran aja, baik-baik.
So, putus pun harus baik-baik.
Alhamdulillah keluarganya R baik banget sama gue.
Walaupun sudah dicoret dari daftar calon menantu tapi masih ada hubungan baik.
Malah lebih baik dari hubungan gue dan anaknya.
Duh, semoga R dan keluarga selalu dalam keberkahan dan kebaikan lah ya pokoknya.
Soalnya mereka baik banget.
Banget.
Dan semoga R dan keluarga memafkan gue dan keluarga.
Maafin ya R, aku nyerah. Tetap bahagia ya R karena aku di sini juga akan selalu bahagia. :D
So, ayo Des jalin kisah baru lagi.
Main lagi.
Melakukan apa yang belum sempat lo lakukan selama ini.
:*